MAKALAH KONDISI KEJIWAAN ANAK



KONDISI KEJIWAAN ANAK
I.              PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis, walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang tersembunyi. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pendidikan yang baik sejak usia dini.Pada masa berikutnya peristiwa-peristiwa baru semakin kompleks, sehingga para pendidik harus peka terhadap gejala-gejala di masyarakat yang akan mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak, sehingga dapat meminimalisair terkontaminasi segala hal yang negative.
Hal ini sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, hanya karena orang tuanya lah, anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” Hadis ini mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan dan pendidikan, terutama orang tua, sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan fitrah keberagamaan dan kejiwaan anak.
Berhubung mata kuliah kita adalah perencanaan system PAI , maka dalam kesempatan ini membahas kejiwaan agama pada anak.
 
B.      Rumusan masalah
1.        Bagaimana kondisi kejiwaan pada Anak
2.        Faktor Pembentuk Jiwa Keagamaan pada Anak   
3.        Perkembangan Jiwa Anak

  
II.      PEMBAHASAN                  
A.            Kondisi  Kejiwaan  Pada Anak 
Manusia dilahirkan dalam kondisi keadaan lemah, fisik maupun psikis atau jiwa. Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten/terpendam. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhan maka seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu:
1.    Prinsip biologis
Secara fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah. Dalam gejala gerak dan tindakan tanduknya ia selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa disekelilingnya. Dengan kata lain, ia belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah merupakan makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
2.    Prinsip tanpa daya
Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya maka anak yang baru dilahirkan hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri.
3.    Prinsif eksplorasi
Kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental atau kejiwaannya pun baru akan menjadi baik danqan berfungsi kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya.[1]
Jadi, Kondisi kejiwaaan anak dipengaruhi dari beberapa prinsip yang nantinya akan mempengaruhi dan mengarahkan perkembangan kejiwaan anak.


B.            Faktor Pembentuk Jiwa Keagamaan pada Anak      
Adapun faktor yang membentuk anak mulai mengenal dan mendalami agama tak terlepas dari faktor-faktor berikut yaitu :
a.         Faktor intern (bawaan)
Di masyarakat yang masih primitif muncul kepercayaan terhadap roh-roh gaib yang dapat memberikan kebaikan atau bahkan malapetaka. Agar roh-roh itu tidak berperilaku jahat, maka mereka berusaha untuk mendekatinya melalui saji-sajian (bahasa sunda = sasajen ) yang di persembahkan kepada roh roh tersebut. Bahkan di kalangan modern pun masih ada yang mempunyai kepercayaan kepad hal-hal yang sifatnya tahayul tersebut. Kenyataan di atas membuktikan bahwa manusia itu memiliki fitrah untuk mempercayai suatu zat yang mempunyai kekuatan baik memberikan sesuatu yang bermanfaat maupun yang madharat.
Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang berjalan secara alamiah (seperti contoh-contoh diatas) dan ada juga yang mendapatkan bimbingan dari para rasul Allah SWT.
b.        Faktor lingkungan (external)
1.         Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Menurut Hurlock (1959 :434) keluarga merupakan “training centre” bagi penanaman nilai-nilai.pengembangan fitrah atau jiwa beragama anak, seyogyanya bersamaan dengan perkembangan kepribadianya, yaitu sejak lahir bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan. Pandangan ini ini di dasarkan pengamatan para ahli jiwa terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa; ternyata mereka itu di pengaruhi oleh keadaan emosi atau sikap orang tua (terutama ibu) pada masa mereka dalam kandungan.
Dalam keluarga hendaknya peran orang tua sangat penting.ada beberapa hal yang perlu menjadi kepedulian (perhatian) orang tua sebagai berikut:
1. Menjadi sosok yang patut di tiru,karena pada masa anak anak ini mereka  akan mengidentifikasi sosok yang mereka kenal.
2. Memberi perlakuan yang baik,sekalipun si anak melakukan kesalahan.
3. Orang tua hendaknya membimbing, mengajarkan atau melatih ajaran agama terhadap anak.
2.      Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang mempunyai progam yang sitematik yang melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan yang di harapkan. Menurut hurlock (1959 :561) pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak snagat besar, karena sekolah meruapakan subtitusi dari keluarga dan guru-guru subtitusi dari orang tua.
Dalam kaitannya dengan proses pengambanagan keagamaanpara siswa, maka sekolah berperan penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak melalui pelajaran agama.
3.      Lingkungan Masyarakat
Yang di magsud lingkungan masyarakat di sisni adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap terhadap perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu.
Di dalam masyarakat, individu akan melakukan interaksi sisial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainya. Menurut Hurlock (1959: 436) mengemukakan bahwa “standar atau aturan gang (kelompok bermain) memberikan pengaruh kepada pandangan moral dan tingkah laku para anggotanya” Corak perilaku anak merupakan cermin dari corak atau perilaku masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu di sini dapat di kemukakan bahwa kualitas perkembangan kesadaran beragama bagi anak sanagt bergantung pada kulaitas perilaku atau pribadi orang dewasa atau warga masyaraka.[2] Oleh karena itu setiap anak dalam perkembangan kejiwaanya dipengaruhi atas beberapa faktor.


C.           Perkembangan Jiwa Anak

Dalam ilmu jiwa perkembangan ada beberapa pembagian masa hidup anak, yang disebut sebagai fase atau perkembangan. Menurut Elizabeth B. Hurlock, tahap perkembangan kehidupan manusia dibagi menjadi beberapa periode , yaitu
1.      Masa pranatal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir.
Periode perkembangan yang pertama dalam jangka kehidupan manusia ini yang dinamakan masa prenatal, dimulai pada waktu konsepsi, yaitu pembuahan dari ovum oleh sel sperma, dan berakhir pada waktu pembuahan.  Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender ditambah sepuluh hari atau sekitar 280 hari sebelum lahir.
2.      Masa neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua.
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadidiluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.
3.      Masa bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk.
4.      Masa kanak-kanak awal, umur 2-6 tahun.
Awal masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan yang relatif seimbang meskipun terdapat perbedaan musim; bulan Juli sampai pertengahan Desember merupakan saat yang terbaik untuk peningkatan berat badan dan April sampai pertengahan Agustus untuk peningkatan tinggi tubuh.
5.      Masa kanak-kanak akhir, umur 6-10 tahun atau 11 tahun.
Akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira 2 tahun menjelang anak menjadi matang seksual dan pada saat ini perkembangan menjadi peasat, karena itu pada masa ini sering disebut dengan “periode tenang”.
6.      Masa pubertas (pra adolescence) umur 11-13 tahun.
7.      Masa remaja awal, umur 13-17 tahun. Masa remaja akhir 17-21 tahun.
Masa remaja adalah  masa suatu perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis.
8.      Masa dewasa awal, umur 21-40 tahun.
Dalam psikologi Islam Dewasa dini disebut juga fase taklif, fase dimana seseorang telah menjadi manusia dewasadan telah dikenai suatu kewajiban sebagai khalifah di bumi, dalam proses menjadi pribadi yang berkualitas.
9.      Masa setengah baya, umur 40-60 tahun.
Seperti juga masa puber yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki masa suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan prilaku baru. Periode ini merupakan masa dimana pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita dalam kesuburan. Kedua karakteristik tersebut merupakan keadaan mendasar yang terjadi dalam tahap transisi pada manusia, suatu hal yang belum pernah dialami sepanjang hidup akan memunculkan kesan tersendiri bagi individu.
10.  Masa tua, umur 60 tahun ke atas.
Pada masa Usia Lanjut (diatas 60 tahun), bersamaan dengan perubahan perubahan (kemunduran-kemunduran) fisik maupun perubahan-perubahan psikis yang dialami individu. Usia Lanjut perlu melakukan usaha-usaha penyesuaian-penyesuaian baru, perubahan kondisi fisik terjadi pada usia lanjut dan sebagian besar perubahan terjadi kearah yang memburuk yang mana proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing, individu yang sama juga terjadi proses dan kecepatan kerusakan yang bervariasi.[3]
Jadi, perkembangan kejiwaaan dari seorang anak menempuh beberapa tahapan



III.        PENUTUP
A.           Simpulan
Kondisi kejiwaan anak didasari atas beberapa prinsip ;
1.      Prinsip biologis
2.      Prinsip tanpa Daya
3.      Prinsip Eksplorasi
Setiap anak dalam perkembangan kejiwaanya dipengaruhi atas beberapa faktor. Sedangkan perkembangan kejiwaan anak itu melalui beberapa tahapan dalam tingkatan perkembangan kejiwaannya.





B.            Daftar Pustaka

Prof. Dr. H. Jalaluddin, 2003, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Jalaludin Dan Ramayulis, 1993,Pengantar Ilmu Jiwa Agama,Jakarta: Kalam Mulia
 Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga


                  


[1] Prof. Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 63-66

[2] Jalaludin Dan Ramayulis,Pengantar Ilmu Jiwa Agama,Jakarta: Kalam Mulia,1993
[3] B. Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH KONDISI KEJIWAAN ANAK"

Post a Comment